“Nah, Sarah. Sekarang
kita sudah sampai. Jangan lupa untuk memasukkan uang yang seribu ke kotak infak
nanti.”
“Iya, Ma.” Sarah pun turun dari sepeda motor dan mencium
tangan mamanya. Tak lupa Sarah mengucapkan salam dan melambaikan tangannya
sebelum memasuki gerbang sekolah.
“Doakan aku menang ya,
Ma!”
Di halaman, dua sahabat Sarah
telah menunggu. Mereka adalah Norma dan Maryam. Tangan mereka segera melambai
saat Sarah masuk ke halaman sekolah.
“Sarah! Ke sini!” Teriak Norma
tidak sabar. Sarah pun berlari menuju bangku taman tempat kedua sahabatnya
duduk.
“Kamu sudah siap untuk lomba
nanti siang?” Tanya Maryam pada Sarah.
“Insyaallah
sudah. Semua perlengkapan menggambar telah kubawa. Aku juga sudah punya rencana
tentang gambar yang akan kubuat. Sebuah air terjun yang jernih, dengan bau yang
besar-besar. Di dekat air terjun itu ada sebuah gubuk kecil yang halamnnya
banyak ditumbuhi bunga-bunga.” Jawab Sarah sambil duduk menjajari mereka. Sarah
memang terpilih
“Wah,
sepertinya akan menjadi gambar yang bagus. Semoga menang, ya.” Sambung Norma
dengan mata berbinar.
“Eh,
Norma. Lihat itu. Pak Burger datang lagi.” Maryam menunjuk seorang lelaki yang
menghentikan gerobak di depan gerbang sekolah. Di dalam gerobak yang terbuat
dari kaca, tampak tumpukan burger yang lezat. Di kaca tertempel harga burger
Rp. 1500 berwarna kuning.
“Iya,
dia datang lagi.” Balas Norma. Sarah yang selama ini belum pernah melihat Pak
Burger jadi tertarik.
“Emang kalian pernah beli?”
“Iya. Dua hari yang lalu. Rasanya enak banget.”
“Isinya apa?”
“Ada daging ayam, sosis, selada,dan saus. Ehm…mm pokoknya lezat.” Maryam
“Iya. Dua hari yang lalu. Rasanya enak banget.”
“Isinya apa?”
“Ada daging ayam, sosis, selada,dan saus. Ehm…mm pokoknya lezat.” Maryam
berkata sambil mengerjapkan matanya
berkali-kali.
“Kelihatannya enak.” Gumam Sarah.
“Kamu pengen beli? Beli sekarang saja. Pak Burger nggak datang setiap hari lo.”
“Iya. Mumpung kita belum masuk kelas. Bisa-bisa Pak Burgernya pergi.”
“Norma, aku pengen ke kamar mandi. Anterin ya?” Maryam memegangi perutnya
“Kamu pengen beli? Beli sekarang saja. Pak Burger nggak datang setiap hari lo.”
“Iya. Mumpung kita belum masuk kelas. Bisa-bisa Pak Burgernya pergi.”
“Norma, aku pengen ke kamar mandi. Anterin ya?” Maryam memegangi perutnya
sambil meringis memandang Norma.
“Ayo.
Eh, Sarah kita ke kamar mandi dulu , ya.” Sarah pun mengangguk.
Benar saja. Tak lama setelah
kedua temannya pergi, Pak burger tampak menggeser gerobaknya. Sarah pun
bingung. Dia ingin sekali merasakan Burger itu. Tapi di tasnya hanya ada uang
dua ribu perak. Seribu untuk jajan dan seribu untuk dimasukkan kotak infak yang
biasa keliling tiap jum’at pagi sebelum pelajaran dimulai.
Sarah berpikir sejenak. Seulas seyum pun
segera menghias wajah mungilnya yang dibalut kerudung putih.
“Aha…! Bukankah aku selalu dapat uang saku
setiap hari? Kalau uang infak kupakai beli burger lima ratus, minggu depan aku
akan dapat menggantinya dengan uang sakuku.” Sarah pun segera berlari menuju
gerbang sekolah.
“Pak Burger! Belii…!” Teriakan
Sarah membuat Pak Burger menghentikan gerobaknya.
“Beli berapa, Neng?” Tanya Pak
Burger sambil membuka kotak kacanya.
“Satu aja, Pak.” Sarah
menyerahkan dua lembar ribuan kepada Pak Burger. Kemudian Pak Burger memberinya
sekeping uang logam senilai limaratus rupiah.
“Benar-benar burger yang
enak.” Sarah memakan burgernya dengan nikmat. Menggigitnya pelan, mengunyah
dengan lembut dan menelannya. Tepat saat memasukkan potongan burger
terakhirnya, bel tanda masuk berbunyi. Sarah segera bergegas menuju kelasnya
sambil membersihkan sisa burger yang menempel di sudut mulutnya.
*
* *
Tee…et!
Tee…et! Tee…et!
Waktunya
istirahat. Itu artinya Sarah harus menyiapkan alat menggambarya untuk mengikuti
lomaba menggambar. Namun sarah tidak melakukan apap-apa. Ia hanya menunduk
lesu.
“Sarah.
Kamu kan harus segera menuju lapangan sekolah. Semua peserta lomba menggambar
sedang bersiap-siap menuju ke sana. Nanti kamu terlambat.” Norma menghampiri
bangku Sarah yang terletak dua bangku di belakangnya.
Sarah mendongak sambil meringis.Wajahnya
tampak pucat.
“Kamu kenapa?” Tanya Norma
cemas.
“Perutku sakit sekali.
Kepalaku juga pusing.” sarah kembali meletakkan kepalanya ke meja.
“Maryam, sebaiknya kamu
menemui Bu Fatimah dan bilang kalau Sarah sakit. Biar aku menemani Sarah di
sini.”
Maryam pun bergegas pergi. Tak
lama kemudian, Maryam sudah kembali bersama Bu Fatimah.
“Kenapa Sarah?”
“Perut saya sakit, Bu. Kepala
saya pusing.”
“Tadi Sarah makan apa?” Tanya
Bu Fatimah.
Sarah diam sejenak. Ia
teringat burger lezat yang dimakannya sebelum masuk kelas. Sarah pun sadar
bahwa ia merasakan sakit perut dan pusing tak lama setelah makan burger.
“Makan burger, Bu.”
“Kalau begitu Sarah ke ruang
UKS dulu ya. Sebentar lagi mamamu akan menjemput. Tadi Ibu sudah menelpon
mamamu.” Saran Bu Fatimah dengan lembut.
“Tapi saya harus ke lapangan
untk mengikuti lomba, Bu.”
“Saat ini kamu harus
istirahat. Kalau memaksa ikut, kamu akan tambah sakit. Jadi sekarang kita ke
UKS saja sambil menunggu mamamu datang.”
Sarah tak bisa beruat apa-apa.
Dengan lemas, ia mengikuti langkah Bu Fatimah menuju ruang UKS. Sarah benar-benar
menyesal telah membeli burger dengan uang yang seharusnya untuk infak.
Gara-gara burger itu, Sarah tidak dapat mengikuti lomba menggambar. Perutnya
jadi sakit dan kepalanya pusing.Sarah hanya bisa menangis menyesali apa yang
telah dia lakukan.
“Nah itu, mamamu sudah
datang.” Kata Bu Fatimah sambil menunjuk seorang wanita yangs edang berjalan ke
arah mereka.
“Mama..!” teriak Sarah sambil
berjalan sedikit cepat.
“Kenapa, Sarah?”
“Ma, maafkan Sarah ya, Ma.
Hu…hu….huu…” Sarah memeluk mamanya erat sambil menangis.
“Sarah kenapa? Sarah kan nggak
salah apa-apa.” Tanya mama bingung.
“Sarah salah, Ma. Sarah nggak
menuruti pesan Mama. Tadi Sarah hanya memasukkan uang lima ratus ke kotak
infak. Yang lima ratus Sarah belikan burger. Akhirnya Sarah sakit perut dan
pusing. Sarah juga nggak bisa ikut lomba menggambar. Sarah menyesal.”
Tangan Mama memeluk Sarah
dengan erat. Kemudian Sarah di ajak duduk di bangku.
“Kalau Sarah sakit setelah
makan burger itu, tandanya Allah masih sayang sama Sarah.”
“Mana mungkin Allah masih
sayang sama Sarah? Bukankah Sarah tidak patuh pada Mama?” Tanya Sarah tak
mengerti.
“Karena Allah tidak ingin
Sarah mengulangi perbuatan itu, makanya Allah memberi rasa sakit pada Sarah.
Kalau Sarah tidak sakit, pasti Sarah ingin mengulangi lagi perbuatan tadi.
Allah ingin Sarah menjadi anak yang baik.”
“Apa Allah mau memaafkan
Sarah, Ma?”
“Tentu saja. Asalkan Sarah
benar-benar menyesal dan tidak mengulangi perbuatan itu.Dan jangan lupa untuk
meminata maaf pada Allah. Sekarang ayo kita pulang.”
Sarah menurut. Ia tak peduli
lagi dengan teman-temannya yang sedang mengikuti lomba menggambar. Hari ini
Sarah telah mendapatkan pelajaran berharga. Sarah bertekad dalam hati untuk
tidak jajan dengan uang infak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar